Pajak Avanza di Malaysia Hanya Rp 400 Ribu, Kenapa di Indonesia Bisa Jauh Lebih Mahal?
dapurpacu.com – Banyak warganet terkejut saat mengetahui bahwa pajak mobil Toyota Avanza di Malaysia hanya sekitar RM 125 atau setara dengan Rp 400 ribuan per tahun. Angka ini tentu jauh lebih murah dibandingkan dengan di Indonesia, di mana pajak kendaraan sejenis bisa menembus angka jutaan rupiah setiap tahunnya. Apa yang membuat perbedaan ini begitu signifikan?
Perbandingan Tarif Pajak Mobil: Malaysia vs Indonesia
Mari kita mulai dengan melihat struktur pajak di masing-masing negara. Di Malaysia, tarif pajak tahunan kendaraan ditentukan berdasarkan kapasitas mesin (cc) dan usia kendaraan. Untuk mobil 1.300–1.500 cc seperti Toyota Avanza, tarif pajaknya cukup rendah. Selain itu, Malaysia tidak membebani pajak progresif seperti di Indonesia.
Sementara itu, Indonesia menggunakan sistem pajak berdasarkan nilai jual kendaraan dan besaran kepemilikan. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi tarif pajak mobil di Indonesia:
-
Nilai jual kendaraan bermotor (NJKB)
-
Pajak progresif untuk kepemilikan kendaraan kedua dan seterusnya
-
Biaya tambahan seperti SWDKLLJ dan retribusi daerah
Contoh Pajak Avanza di Indonesia
Sebagai perbandingan, Toyota Avanza keluaran tahun 2020 dengan NJKB sekitar Rp 160 juta di Jakarta bisa dikenakan pajak tahunan hingga Rp 2 juta – Rp 2,5 juta tergantung status kepemilikan. Angka ini bisa lebih tinggi jika kendaraan merupakan unit kedua atau ketiga dalam satu rumah tangga karena pajak progresif.
Mengapa Pajak Kendaraan di Indonesia Lebih Mahal?
Ada beberapa alasan utama mengapa pajak mobil di Indonesia jauh lebih tinggi dibanding Malaysia:
-
Sistem pajak progresif: Indonesia menerapkan pajak progresif bagi kendaraan kedua dan seterusnya dalam satu KK.
-
Pendapatan daerah: Pajak kendaraan menjadi sumber utama pendapatan pemerintah daerah.
-
Subsidi silang infrastruktur: Pajak kendaraan ikut menopang pembiayaan pembangunan jalan dan fasilitas transportasi lainnya.
Dampak pada Minat Kepemilikan Kendaraan
Perbedaan ini memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Banyak yang merasa terbebani dengan pajak kendaraan yang tinggi di Indonesia, terutama bagi kalangan menengah ke bawah. Di sisi lain, pemerintah menggunakan pajak sebagai salah satu instrumen untuk mengendalikan jumlah kendaraan pribadi demi mengurangi kemacetan dan polusi.
Solusi dan Harapan
Beberapa pengamat menyarankan agar pemerintah Indonesia meninjau kembali kebijakan pajak kendaraan, khususnya untuk mobil dengan kapasitas kecil dan nilai jual rendah. Pajak yang lebih ringan bisa meningkatkan daya beli dan memperluas akses masyarakat terhadap kendaraan pribadi.
Selain itu, transparansi dalam penggunaan dana pajak juga perlu ditingkatkan agar masyarakat merasa manfaat langsung dari kewajiban yang mereka bayarkan setiap tahun.
Perbedaan mencolok antara pajak mobil Avanza di Malaysia dan Indonesia menyoroti pentingnya evaluasi terhadap kebijakan perpajakan kendaraan. Dengan sistem yang lebih adil dan efisien, diharapkan masyarakat bisa mendapatkan keseimbangan antara kewajiban pajak dan manfaat pelayanan publik.