Masyarakat Masih Menganggap Mobil Listrik Sebagai Barang Mahal

Selain masalah baterai dan jarak tempuh, salah satu kekhawatiran calon pembeli mobil listrik adalah harga. Tak bisa dipungkiri, harga mobil listrik memang lebih mahal dibandingkan mobil panas. Harga sedan mewah elektrik Mercedes-Benz EQE dan EQS ini dibanderol Rp 2,3 miliar.

Lalu dua mobil baru “Mercy”, yakni EQA dan EQB, menelan biaya Rp 1,54 miliar dan Rp 1,65 miliar on the road. Kariyanto Hardjosoemarto, Vice President Marketing and Public Relation PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI), mengatakan mobil listrik mahal karena teknologi dan baterai yang dibawanya.

“Harganya memang kalau fokus ke mobil listrik dan bandingkan dengan ICE, harganya lebih tinggi. Tapi mereka mulai tahu teknologinya, baterainya masih baru, jadi harganya masih tinggi,” ujarnya saat ditemui Kariyanto, pekan lalu. Catatan, empat mobil listrik Mercedes-Benz tidak mendapat persetujuan resmi.

Karena mobil dan truk yang berhak mendapatkan insentif pajak harus memiliki TKDN 40%, maka PPN DTP yang akan dipungut hanya 10%, sehingga PPN yang dibayarkan hanya 1%. Bagi yang bertanda TKDN 20-40% akan diberikan PPN DTP sebesar 5%, sehingga PPN yang harus dibayar hanya 6%.

Soal pengisian daya, Kariyanto mengatakan jika menggunakan EQE dan EQS, konsumen bisa mengisi daya seminggu sekali, asalkan mobil diantar di Jakarta ke lokasi dengan jarak 50 hingga 60 km per hari.

“Calon pembeli selalu mementingkan perjalanan jauh, membayar, meskipun kami sudah banyak membuktikan sendiri bahwa EQE dan EQS bisa mencapai 600 km,” kata Kariyanto. “Kalau kita ambil EQS, jaraknya bisa mencapai 700 km, kalau pemakaian sebenarnya sekitar 650 km. Jadi kalau keliling Jakarta berapa kali maksimal 50 km. Kalau 650 km bisa 12 hari,” katanya.

Baca Juga:  Siap Dukung B35, UD Truck Luncurkan Quester Euro 5