Industri Otomotif AS Ketar-ketir: Rare Earth Langka, Trump Minta Bantuan ke China

DAPURPACU.COM – Industri otomotif Amerika Serikat kembali dihadapkan pada tantangan besar di tengah memanasnya perang dagang global. Kali ini, masalah muncul bukan karena tarif impor, melainkan karena langkanya pasokan rare earth elements—unsur tanah jarang yang sangat penting untuk produksi kendaraan modern, termasuk mobil listrik. Setelah China memberlakukan pembatasan ekspor bahan vital tersebut, beberapa pabrik otomotif besar di AS seperti Ford, General Motors, hingga Stellantis terpaksa menghentikan atau menunda produksi. Menyikapi krisis ini, Presiden Donald Trump turun langsung bernegosiasi dengan Presiden Xi Jinping demi menyelamatkan industri strategis Negeri Paman Sam.

Ford, GM, dan Stellantis Mulai Kepanasan

Efeknya langsung terasa. Ford terpaksa menyetop sementara produksi Explorer di bulan Mei karena pasokan komponen langka ini tersendat. Nggak cuma Ford, General Motors (GM) dan Stellantis juga kena imbas. Beberapa lini produksi mereka jadi molor karena bahan baku nggak datang-datang.

Bayangin aja, di tengah persaingan pasar yang makin ketat dan transisi ke mobil listrik yang lagi ngebut, tiba-tiba suplai rare earth tersendat. Ini jelas bukan masalah sepele.

Trump Langsung Telepon Xi Jinping

Menyadari betapa krusialnya isu ini, Presiden Donald Trump langsung ambil tindakan. Ia disebut-sebut melakukan komunikasi intens dengan Presiden China, Xi Jinping. Tujuannya? Jelas: cari celah buat longgarkan kebijakan ekspor rare earth dari China.

Dalam pernyataannya, Trump menyebut mereka sedang berusaha “meluruskan beberapa hal terkait magnet, tanah jarang, dan urusan teknis lainnya.” Meski bahasanya diplomatis, semua tahu ini soal tekanan. China adalah produsen utama rare earth dunia, menguasai lebih dari 70% pasokan global. Jadi ketika mereka batasi ekspor, efek domino-nya langsung terasa ke mana-mana.

Baca Juga:  Honda dan Toyota Merilis Model Terbaru, Mana yang Lebih Unggul?

Lisensi Ekspor Sementara: Solusi Setengah Hati?

Kabar baiknya, ada beberapa pemasok komponen dari China yang akhirnya diberi lisensi ekspor sementara ke AS. Tapi ya, sementara saja—cuma berlaku enam bulan. Cukup buat napas sebentar, tapi belum tentu cukup buat lari maraton.

Banyak pihak melihat ini sebagai solusi jangka pendek. Masalah intinya belum beres: ketergantungan Amerika pada satu sumber pasokan utama. Kalau ke depan China memperketat lagi, industri otomotif AS bisa makin limbung.

Eropa Juga Ngerasain Dampaknya

Bukan cuma Amerika yang pusing, Eropa pun mulai kena efeknya. Suzuki bahkan menutup sementara lini produksi Swift, sedangkan BMW dan Mercedes-Benz mulai bersiap dengan kemungkinan terburuk. Tapi dibanding Eropa yang mulai cari alternatif pasokan dari negara lain, AS justru masih terlalu bergantung pada China.

Butuh Langkah Nyata, Bukan Sekadar Negosiasi

Momen ini jadi tamparan keras buat sektor otomotif dunia. Ketergantungan berlebihan terhadap satu negara pemasok bikin banyak perusahaan rentan. Diversifikasi pasokan dan investasi di teknologi lokal harusnya jadi prioritas, bukan cuma solusi tambal sulam.

Untuk sekarang, industri otomotif Amerika boleh sedikit lega dengan izin ekspor sementara itu. Tapi kalau nggak ada langkah besar ke depan, bisa-bisa krisis pasokan ini jadi penghalang utama transformasi mobil listrik yang sedang dikejar banyak produsen besar.