Volvo Indonesia Tercekik, Singapura Menggoyang
JAKARTA (DP) — PT Indobuana Auto Raya (IAR), anak perusahaan Indomobil Group pemegang lisensi kendaraan penumpang Volvo di Indonesia, masih berkomitmen akan terus melayani penjualan dan purna jual mobil Volvo di Tanah Air, meskipun tersiar kabar ada pihak asing yang sedang mendekati Volvo Cars di Swedia.
Menurut CEO IAR (Volvo Passanger Cars) Andrew Hartono pihaknya tidak memiliki rencana melepas Volvo, sekalipun saat ini pihaknya masih mengalami tekanan penjualan di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir.
“Kita tahu sudah lama. Dari dulu ada saja pihak, yang katanya, ingin mengambil Volvo, atau bersama-sama menjual Volvo di Indonesia. Sikap kita dari dulu sampai sekarang tetap sama, komitmen menjual dan melayani after market dengan sebaik-baiknya,” ucap Andrew. “Minggu lalu kami baru saja menjual satu unit mobil ke perusahaan asing di Jakarta,” imbuhnya.
Sebuah sumber Dapurpacu.com menyebut beberapa pihak dengan modal lokal dan Singapura sedang melakukan pembicaraan intensif dengan Volvo Cars. Salah satu penawar terkuat disebut Wearnes Automotive & Equipment Pte. Ltd., berbasis di Singapura.
Perusahaan bercakar bisnis di Asean itu dikanal memiliki hubungan dekat dengan Volvo Cars. Bahkan bisnis Volvo di Singapura telah lama dikendalikan perusahaan tersebut. Selain menjual Volvo, Wearnes juga memegang agen penjualan Jaguar di Singapura, Malaysia, Brunai, dan Indonesia.
Di Indonesia sendiri Wearnes merupakan mitra penting bagi PT Grandauto Dinamika, perusahaan yang menangani Jaguar yang belakangan juga berhak atas distribusi Land Rover. Perusahaan inilah yang disebut akan menjadi kepanjangan tangan dari Wearnes bila berhasil mengambil alih keagenan Volvo Cars dari Indobuana.
Juru bicara Grandauto Trifena Sri Rahajoe mengaku tidak mengetahui adanya informasi tentang rencana Wearnes dan Grandauto terhadap Volvo Cars. “Wah, saya malah tidak tahu tentang isyu itu,” katanya.
Sementara itu Lisa Wijaya, mantan kepala operasional perusahaan Grandauto, enggan mengomentari isyu tersebut. Namun wanita yang sejak awal April lalu pindah kerja ke perusahaan kelompok dealer Mercedes-Benz ini tidak menampik desakan Dapurpacu.com. “Wah, saya lebih baik no comment untuk isyu tersebut,” ucap Lisa.
Nasib Volvo di Indonesia
Bisnis mobil penumpang Volvo di Indonesia telah mengalami tekanan sejak sebelum perusahaan berbasis di Gothenburg ini diakuisisi perusahaan raksasa otomotif China, Zhejiang Geely Holding Group, pada 2010. Pada 2008 saja nasib Volvo Cars sempat terkatung-katung manakala Ford Motor Company yang menjadi induknya mengalami kerugian besar.
Krisis bisnis Volvo Cars di tingkat internasional telah memberi dampak pada pelemahan eksistensi Volvo Cars di Indonesia. Volvo yang sempat berjaya dengan memiliki lima jaringan penjualan dan purna jual (tiga di Jakarta, dan masing-masing satu di Bandung, serta Surabaya), harus menciut menyisakan satu dealer di kawasan Kapuk, Jakarta Utara sejak sekitar 2011.
Namun sejak dikuasai Geely kini bisnis Volvo Cars di kancah internasional mulai menggeliat. Beberapa produk baru yang ditetaskan Volvo Cars bahkan bisa bersaing dengan merek-merek premiium lainnya. China telah menjadi pasar terbesar Volvo Cars, diikuiti AS, dan Eropa Barat.
Sayangnya, sejak satu dasawarsa terakhir Volvo di Indonesia belum bisa keluar dari tekanan bisnis. Beberapa sumber Dapurpacu.com yang dulu menjadi bagian penting bagi Volvo, menyebut pihak Volvo Cars telah berulang kali meminta investasi baru kepada Indomobil Group.
Masalahnya, menurut sumber, langkah investasi baru tidak begitu saja bisa direalisasi. “Dulu Volvo sudah banyak berinvestasi untuk jaringan dan pemasaran. Namun jaminan yang diberikan Volvo Cars tak menghasilkan apa-apa, sehingga dealer yang sudah tumbuh mati,” ucap sumber yang kini menjabat sebagai petinggi salah satu perusahaan pemegang merek sepeda motor.
“Ini seperti telur dan ayam. Volvo meminta Indonesia berani, sementara Indonesia minta Volvo lebih dulu serius dalam memberikan paket penjualan dan pemasaran. Jadi, bukan sebatas bahwa jaminan itu berupa portofolio produk baru yang bagus,” lanjutnya.
Andrew juga sepakat dengan penyataan tersebut. Dikatakannya, saat ini Volvo butuh strategi marketing yang baik untuk mengembalikan citra produk di Indonesia. Untuk itu, pihaknya menuntut Volvo Cars berani ikut mendanai proyek-proyek marketing guna bersaing dengan kompetitor.
“Bagaimana mungkin kami harus menjalani strategi marketing untuk menahan persaingan, apabila anggaran terbatas. Kami tak bisa memotong margin yang tipis untuk keperluan marketing, termasuk promosi.”
“Kita tidak bisa jual mobil dengan harga yang terlalu mahal untuk meraih keuntungan berlipat, lalu keuntungan itu digunakan sebagai modal marketing. Ada pesaing yang harus kita hitung. Harga Volvo tentu tak bisa jauh dari kompetitor,” lanjut Andrew.
Sementara itu menjawab pertanyaan tentang rencana Wearnes terhadap Volvo di Indonesia, Andrew mengatakan, sepenuhnya menjadi hak Volvo Cars. “Secara tradisi dan budaya bisnis, Indomobil Group telah berpengalaman menangani merek-merek otomotif. Sederas apapun tekanan yang kami terima, Indomobil Group tak bisa begitu saja lari. Dan, kami tak bisa lari karena kami ada di Indonesia. [dp/GRG]